Artikel Majalah Hati Beriman

Senin, 22 Maret 2010

Sambut UU Lalin, Pemerintah Diminta Siapkan PP, Sarana & Prasarana

Anggota Komisi V DPR RI KH Abdul Hakim mendesak pemerintah segera menyiapkan Peraturan Pemerintah (PP), sarana dan prasarana pelaksanaan UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas agar masyarakat tidak menjadi korban akibat ketidaksiapan pemerintah. Pemerintah juga diminta lebih intensif melakukan sosialisasi ke masyarakat terkait pelaksanaan UU ini.

Hal itu diungkapkan Hakim mengomentari pendapat ahli hukum pidana prof. Dr. Indriyanto Seno Aji yang menyarankan agar pemberlakukan UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas sebaiknya ditunda dulu (Kompas 11 Januari 2009, red)

“Pasal 5 UU No. 22 tahun 2009 menegaskan bahwa negara bertanggung jawab atas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan pembinaannya dilaksanakan oleh Pemerintah. Karena itu, sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana terkait pelaksanaan UU. Jangan sampai, karena sarana dan prasarananya tidak siap, masyarakat justru yang jadi korban. Demikian juga dengan PP yang merupakan implementasi UU ini,” kata Hakim.

Saat ini, kata Hakim, persiapan yang dilakukan pemerintah dalam hal penyelenggraraan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana diamanatkan UU termasuk pelaksanaan sosialisasinya belum optimal. Disisi lain, kata Hakim, beberapa hal yang diamanatkan UU Lalu Lintas seperti pembentukan Forum Lalu Lintas dan Angkutan yang merupakan badan ad hoc yang berfungsi sebagai menyinergikan tugas pokok dan fungsi setiap instansi penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan, hingga kini belum dilakukan pemerintah.

Berdasarkan pasal 7 UU Lalu Lintas, Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Pemerintah meliputi urusan pemerintahan di bidang Jalan, sarana dan prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pengembangan industri Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pengembangan teknologi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sementara dibidang registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan berlalu lintas diselenggarakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.

“Untuk itu, saya mendesak pemerintah agar menyiapkan seluruh perangkat terkait pelaksaan UU Lalu Lintas ini. Termasuk enam RPP yang harus sudah selesai dan disahkan maksimal satu tahun setelah UU disahkan atau pada 22 Juni mendatang,” kata Hakim.
Demi Keamanan dan Ketertiban, Hakim mengatakan UU No. 22 tahun 2009 yang sudah disahkan pada 22 Juni lalu itu sengaja dibuat DPR dan Pemerintah untuk menciptakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan roda angkutan lain, selain untuk mendorong perekonomian nasional.

Aspek keamanan juga mendapatkan perhatian yang ditekankan dalam pengaturan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Selain itu, di dalam Undang-Undang ini juga ditekankan terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa (just culture) melalui upaya pembinaan, pemberian bimbingan, dan pendidikan berlalu lintas sejak usia dini serta dilaksanakan melalui program yang berkesinambungan. Dalam UU Lalu Lintas , kata Hakim, pengaturan dan penerapan sanksi pidana diatur lebih tegas. Bagi pelanggaran yang sifatnya ringan, dikenakan sanksi pidana kurungan atau denda yang relatif lebih ringan.

Namun, terhadap pelanggaran berat dan terdapat unsur kesengajaan dikenakan sanksi pidana yang jauh lebih berat
“Hal ini dimaksudkan agar dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku pelanggaran dengan tidak terlalu membebani masyarakat. Kalau langkah ini tidak diambil, kita akan sulit menciptakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain.” Kata Haki.

Selain sanksi pidana, dalam Undang-Undang ini juga diatur mengenai sanksi administratif yang dikenakan bagi perusahaan angkutan berupa peringatan, pembekuan izin, pencabutan izin, pemberian denda. Ketentuan mengenai sanksi pidana dan administratif diancamkan pula kepada pejabat atau penyelenggara Jalan.
Di sisi lain, dalam rangka meningkatkan efektivitas penegakan hukum diterapkan sistem penghargaan dan hukuman (reward and punishment) berupa pemberian insentif bagi petugas yang berprestasi.

“Undang-Undang ini pada dasarnya diatur secara komprehensif dan terperinci. Namun, untuk melengkapi secara operasional, diatur ketentuan secara teknis ke dalam peraturan pemerintah, peraturan Menteri, dan peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Inilah yang harus segera dilakukan agar masyarakat tidak menjadi korban,” kata Hakim.
DPR RI akhirnya mengesahkan Rancangan Undang-Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan (RUU LLAJ) menjadi Undang-Undang dalam Rapat Paripurna DPR di Jakarta, Selasa (26/5).
Sidang Paripurna yang dipimpin Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar ini mengetukkan palu persetujuan setelah meminta secara aklamasi kepada anggota DPR yang hadir, sekitar pukul 12.25.

Sebelumnya, juru bicara 10 fraksi dalam pandangannya secara bulat menyatakan, persetujuan RUU dengan 22 bab dan 326 pasal itu untuk disahkan sebagai undang-undang.
Anggota Kepolisian Republik Indonesia, yang mendominasi pengunjung di ruang balkon, sangat antusias. Setiap kali juru bicara fraksi menyebutkan persetujuan terhadap RUU itu untuk disahkan sebagai UU, tepuk tangan membahana. UU ini juga sebagai pengganti UU sejenis No 14/1992 tentang LLAJ.

Sebelumnya, dalam Rapat Kerja dengan Komisi V DPR, pemerintah dan Komisi V DPR sepakat untuk membawa RUU LLAJ ke Rapat Paripurna pada Selasa 26 Mei 2009 untuk disahkan menjadi UU.
Ketua Panja RUU LLAJ Yoseph Umar Hadi kepada Pansus yang dihadiri pula Menteri Perhubungan dan Kepala Polri menjelaskan, RUU LLAJ didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem yang terdiri dari lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya.

LLAJ diselenggarakan dengan memerhatikan asas transparan, akuntabel, berkelanjutan, partisipatif, bermanfaat, efisien dan efektif, seimbang, terpadu, dan mandiri.
Selain itu, LLAJ diselenggarakan dengan tujuan terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu. Selain itu juga mengedepankan etika berlalu lintas dan budaya bangsa, penegakan hukum dan kepastian hukum.

Endonesia.com, Okezone.com, Banjarmasin post.com, KOMPAS.com.(lux)

Flek Paru Pada Anak Sulit Didiagnosis

Yang dimaksud dengan flek paru oleh masyarakat atau dokter mungkin untuk memudahkan pasien memahami adalah TBC paru. Pada hasil pemeriksaan foto rontgen dada pasien penderita TB seringkali terlihat gambaran seperti awan putih, atau flek-flek putih, mungkin dari sini istilah flek paru beredar di masyarakat.

Jadi flek paru adalah TBC paru alias tuberculosis paru. Walaupun sebenarnya gambaran flek-flek paru pada rontgen dada bukan khas untuk TBC saja.
TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman masuk ke paru bersamaan dengan udara yang kita hirup, berdiam di paru dan berkembang biak. Itu berarti TBC merupakan penyakit menular. Oleh karena itu bila ada penderita TBC paru yang tinggal serumah, maka penghuni yang lain juga diberikan obat TBC untuk pencegahan, terutama pada anak-anak.

Pengobatan TBC di Indonesia GRATIS loh, obat TBC tersedia di semua puskesmas se Indonesia. Obat TBC harus diminum selama minimal 6 bulan. Gejala TBC pada anak seringkali tidak khas, berat badan turun atau tidak naik, demam lama, pembesaran kelenjar getah bening di leher dan batuk yang tidak sembuh-sembuh.

Pemeriksaan foto dada pada anak penderita TBC juga tidak bisa memastikan diagnosa, karena gambaran rontgen paru pada TBC anak tidak khas. Kelainan radiologis tersebut bisa dijumpai pada penyakit lain. Susah bagi dokter radiologi untuk memberikan kesimpulan tanpa ada embel-embel Suspek atau curiga pada kesimpulan pembacaan foto tersebut. Dengan kata lain pemeriksaan rontgen paru saja tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TBC.

Hal inilah yang menyebabkan sering terjadi overdiagnosis yang diikut overtreatment.
Royan said : maksudnya, seringkali anak yang berat badannya kurang, sering sakit langsung di diagnosis dengan TBC paru, dengan hanya melihat hasil rontgen yang ada flek-fleknya (biasanya hasil pembacaannya foto rontgen menyatakan Suspek atau curiga proses spesifik ) tanpa dilakukan pemeriksaan lain untuk menguatkan diagnosis.

Bagaimana dokter mendiagnosis TBC anak?
Flek paru atau TBC paru pada anak sulit di diagnosis karena gejala yang tidak khas. Demam ringan yang lama, berat badan turun, batuk merupakan gejala TBC yang dapat juga terjadi pada penyakit yang lain.

Diagnosis pasti TBC anak ditegakkan dengan menemukan kuman TBC.
Royan said : maksudnya, anak disuruh berdahak dan dahaknya di periksa dilaboratorium, bila pada dahak tersebut ditemukan kuman TBC, maka anak itu dipastikan menderita TBC.
Prakteknya, sangat susah mendapatkan dahak pada anak, kalau toh diperoleh dahak, seringkali tidak ditemukan kuman TBC. Kenapa tidak ditemukan kuman? Salah satunya karena jumlah kuman di dalam dahak yang masih sedikit. Jadi, hasil pemeriksaan dahak yang negatif tidak menyingkirkan anak dari diagnosis TBC. Susah kan.

Dari rontgen dada juga seperti itu, hanya bisa memberikan kemungkinan adanya proses TBC, karena gambaran rontgen paru pada TBC anak tidak khas. Dengan demikian pemeriksaan rongen paru saja tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TBC.
Kesimpulannya, tidak ada satupun pemeriksaan penunjang selain bakteriologis (pemeriksaan dahak) yang dapat memastikan diagnosis TBC. Diagnosis TBC anak tidak dapat ditegakkan hanya dari gejala pasien, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang tunggal saja misalnya hanya dari pemeriksaan rontgen saja. Karena sulitnya mendiagnosis TBC pada anak, UKK pulmonologi PP IDAI membuat pedoman dengan sistem skoring yang dapat digunakan sebagai alat bantu diagnosis. Jadi, bila anak anda menurut Tabel ini menderita TBC, segera hubungi dokter anda.

Catatan-catatan
Diagnosis sistem skoring ditegakkan oleh dokter; Jika dijumpai scrofuloderma ( TBC kelenjar), langsung di diagnosis TBC; Berat badan dinilai saat datang; Demam dan batuk sudah diterapi sesuai prosedur; Foto rontgen dada bukan alat diagnosis utama pada TBC anak; Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring TBC anak; Didiagnosis TB jika jumlah skor ≥6, ( skor maksimal 14). Batas nilai ini masih sementara, masih menunggu hasil penelitian yang sedang berlangsung.(berbagai sumber_lux)

12 Tips Video Shooting

Dokumentasi merupakan hal yang amat bernilai dari waktu ke waktu. Peralatan untuk mengabadikan atau mendokumentasikan suatu moment pun mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tak pernah berhenti.
Beberapa tahun lalu dokumentasi yang umum dilakukan adalah dengan mengambil gambar tak bergerak. Kalaupun dokumentasi gambar bergerak dilakukan, itupun hanya terbatas di kalangan profesional. Tak pernah dijumpai masyarakat umum yang melakukan kegiatan dokumentasi menggunakan alat perekam gambar bergerak.

Zaman terus berubah, teknologi selalu mengiringi. Pasa saat ini, dokumentasi gambar bergerak begitu umum di masyarakat. Tak hanya menggunakan alat perekam khusus video atau kamera video, telepon selular pun saat ini dilengkapi dengan fitur untuk perekaman gambar bergerak, meskipun gambar yang dihasilkannya belum mampu menandingi kamera video.

Meskipun perekaman gambar bergerak atau masyarakat umum menyebut shooting video telah banyak dilakukan, ada baiknya mengetahui beberapa hal yang dapat memperbaiki hasil video shooting.

1. Perhatikan kekuatan batere kamera
Umumnya batere bawaan kamera hanya bertahan tak lebih dari 60 menit. Itupun saat masih dalam kondisi baik. Untuk lebih amannya, sediakan minimal satu batere cadangan yang memiliki daya cukup lama (umumnya ukurannya lebih besar dari batere bawaan). Jangan sampai saat momen penting terjadi kita kehabisan batere. Perlu diingat bahwa penggunaan LCD kamera akan mempercepat habisnya daya batere. Bila dimungkinkan melakukan recharge batere, bawalah selalu charger.

2. Perhatikan waktu
Bila akan mendokumentasikan suatu kegiatan yang terjadwal, datanglah ke lokasi paling tidak 30 menit sebelum acara dimulai. Hal ini akan memberikan kesempatan untuk mengetahui medan. Ada baiknya kita melakukan koordinasi dengan pembawa acara/ protokol tentang urutan acara. Dua hal ini akan memudahkan kita untuk menempatkan diri dan menentukan dari sudut mana kita akan mengambil gambar. Dengan demikian kita tidak perlu berlari ke sana-ke mari, yang menunjukkan kita tidak siap melakukan shooting video.

3. Gunakan Tripod
Alat ini berguna untuk menjaga kestabilan gambar, khususnya untuk pengambilan gambar dengan waktu yang cukup lama. Bila terpaksa tak ada tripod, letakkan kamera pada sesuatu yang stabil, atau bersandarlah pada sesuatu, sehingga posisi kita bisa lebih stabil.

4. Dekatkan posisi
Ambil posisi sedekat mungkin dengan obyek. Semakin dekat dengan obyek, semakin padat gambar yang dihasilkan kamera. Kalaupun ingin melakukan zoom untuk mendekatkan obyek, gunakan optical zoom. Lebih baik matikan digital zoom dari kamera. Gambar yang dihasilkan dari digital zoom akan buruk/pecah saat ditampilkan dalam layar yang lebih lebar.

5. Jangan gunakan efek dalam kamera
Lebih baik tidak menggunakan efek-efek yang disediakan oleh kamera, karena efek tersebut tidak akan dapat diubah bila ternyata kemudian tak diinginkan. Berikan efek saat editing.

6. Pastikan arah sinar
Pastikan arah sinar yang mengenai obyek datang dari belakang kita. Sinar yang datang dari depan akan mengakibatkan gambar tidak bagus (backlight). Fitur backlight disediakan oleh kamera untuk mengurangi backlight, namun mengakibatkan latar belakang menjadi kabur dan gambar menjadi tidak menyenangkan. Lebih baik, gunakan lampu kamera yang membantu pencahayaan, khususnya di dalam ruangan.

7. Jangan pelit mengambil gambar.
Ambillah gambar beberapa saat sebelum action dimulai dan akhiri beberapa saat setelah action selesai. Hal ini akan mempermudah editing. Perlu diingat bahwa kamera tidak akan langsung merekam gambar saat tombol rekam ditekan, namun memerlukan beberapa saat.

8. Jangan berbicara saat pengambilan gambar
Sering kali kita tak sadar berbicara dengan orang disebelah kita atau mengeluarkan suara yang tak perlu saat melakukan pengambilan gambar. Suara tersebut terekam oleh kamera. Sebagai antisipasi, ada baiknya memakai headphones, sehingga suara yang terekam kamera bisa kita ketahui.
9. Jangan lakukan “yoyo”
Artinya, jangan banyak melakukan panning / gerakan gambar ke kiri dan ke kanan atau tilting / ke atas dan kebawah berulang kali. Apalagi bolak-balik ke kanan-kiri, atau ke atas-bawah. Juga jangan banyak melakukan zoom in-zoom out. Hal ini tidak sedap dipandang mata.

10. Merekam pidato atau ceramah
Bila mendokumentasikan ceramah atau pidato dimana harus direkam seluruh isi pidato, rekam seluruhnya, jangan melakukan pause. Jika ingin mengambil gambar peserta ceramah (audien), lakukan panning (geser kanan/kiri) dengan perlahan, tapi jangan terlalu sering. Gambar audien bisa diambil sebelum dan setelah ceramah, yang kemudian ditempelkan saat editing. Untuk ini editor harus jeli menentukan mana yang bisa ditempel dan mana yang tidak. Untuk lebih mudah, gunakan dua kamera. Satu kamera fokus kepada pembicara, sementara kamera lainnya mengambil gambar cut-to-cut (potongan-potongan) yang kemudian ditempelkan atau digabung dengan gambar dari kamera pertama saat proses editing.

11. Gambar manusia utuh
Hindari mengambil gambar manusia yang nampak terpotong kepalanya (kecuali memang korban mutilasi). Selain itu, untuk gambar jarak jauh (long shot), pastikan bahwa gambar manusia yang ada di layar adalah manusia utuh dari ujung kaki sampai ujung rambut.

12. Cari sudut yang berbeda
Agar nampak lebih hidup, ambil gambar dari beberapa sudut yang berbeda.

(Ceceb)

Motivasi Berprestasi Kunci Pencapaian Cita-cita dan Pengembangan Diri Pada Remaja

Oleh: Dwi Kristini Mulyaningsih, SPsi, MSi*)

Dalam rentang perkembangan manusia, masa remaja adalah masa yang memiliki arti sangat penting, bagi remaja sendiri, keberhasilan melampaui masa ini akan menjadi salah satu penentu keberhasilan hidupnya, namun bagi para pelaku pendidikan, juga para orang tua, masa remaja ini kadang menyita perhatian yang ekstra, hal ini terjadi karena sering pada masa remaja banyak muncul berbagai permasalahan dan kasus-kasus yang diluar dari kebiasaan dan perkiraannya. Apa yang harus dilakukan oleh para pelaku pendidikan dan juga para orang tua, bahkan oleh remaja itu sendiri ??.

Siapakah remaja itu ?? Masa remaja ada di antara masa anak dan masa dewasa. Banyak ahli Psikologi perkembangan mengatakan bahwa masa remaja tidak memiliki batasan yang jelas dalam rangkaian perkembangan manusia. Psikolog Perkembangan Haditono, memberikan batasan masa remaja dengan usia antara 12-21 tahun, yang dibagi menjadi 3 fase perkembangan, yaitu remaja awal (12 - 15); remaja tengah (15 -18); dan remaja akhir (18 - 21)..
Remaja tidak dapat disebut anak, demikian juga remaja tidak dapat disebut sebagai orang dewasa, oleh karena itu sering masa remaja disebut sebagai masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak menjadi atau menuju kepada dewasa. Pada masa transisi ini, hal yang penting yang harus dilakukan remaja adalah mau belajar tentang banyak hal sehingga nantinya akan mampu memikul tanggung jawab di masa dewasanya.

Para ahli Psikologi Perkembangan mengungkapkan tentang tugas perkembangan remaja yang berusia antara 12-21 tahun, catatan penting bagi remaja adalah setiap tugas-tugas perkembangan ini, sebenarnya harus dilampaui, dicapai dan dimiliki oleh remaja. Adapun tugas-tugas perkembangan tersebut adalah: Melakukan penyesuaian diri dengan perkembangan aspek biologisnya; Belajar menerima peran dewasa sesuai dengan kebiasaan masyarakatnya; Belajar lepas secara emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya; Mendapatkan pandangan hidupnya sendiri; dan Merealisasi suatu identitas sendiri dan berusaha berpartisipasi di dalam masyarakat.

Harapannya semua remaja dapat melampaui masa transisinya ini dengan baik, bahkan remaja dapat dibanggakan dalam prestasi di sekolah, juga prestasinya dalam kelompok kegiatan sosialnya.
Para orang tua, pelaku pendidikan serta masyarakat umum sering merasakan kekhawatiran akan timbulnya berbagai masalah yang akan dihadapi oleh anak-anaknya, siswa-siswanya dalam menghadapi masa remaja atau masa transisinya ini. Kekhawatiran ini sangat beralasan karena dalam kenyataan di masyarakat banyak dijumpai masalah-masalah yang berkaitan dengan remaja, bahkan tidak dapat dipungkiri kalau masalah ini sering mendapat perhatian dari pemerintah, bukankah disadari atau tidak disadari, banyak sekali kondisi dan situasi eksternal yang dapat menjadi sumber perusak bahkan menimbulkan kegagalan bagi para remaja untuk sukses mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Kesuksesan seorang individu dalam melampaui masa remaja (masa transisi menuju masa dewasa) ini sangat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor-faktor tersebut dapat digolongkan ke dalam: Faktor internal yaitu pribadi remaja yang bersangkutan, yang dapat berupa faktor kecerdasan, nilai-nilai yang dinyakini, serta gambaran kepribadiannya; Faktor-faktor eksternal adalah faktor di luar individu, faktor di luar individu ini adalah faktor lingkungan di mana individu tersebut berada. Faktor-faktor ini antara lain keluarga, teman sebaya, teman sekolah, berbagai fasilitas sosial yang ada baik media massa elektronik maupun bentuk media massa yang lain.

Pengontrolan dampak atau pengaruh dari faktor lingkungan sangat sulit dilakukan, apalagi sekarang ini adalah jaman modern yang serba canggih, banyak hal mudah didapat baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Oleh karena itu mengembangkan faktor internal atau faktor pribadi remaja yang bersangkutan sebagai pribadi yang memiliki karakteristik, memiliki semangat hidup yang tinggi, optimis, selalu belajar, selalu berusaha untuk mencapai prestasi yang optimal, selalu berusaha untuk sukses, memiliki kesadaran dalam bertindak dan rasa bertanggungjawab, realistis, percaya diri serta mampu memperhitungkan risiko dari tindakan-tindakannya, perlu dilakukan. Pribadi yang demikian diharapkan dapat berperan sebagai filter atau penyaring yang akan membuang pengaruh negatif dan mampu mengambil pengaruh yang positif, sehingga dirinya akan memiliki kekuatan internal yang berkualitas dalam segala situasi yang akan dihadapinya.

Pentingnya Motivasi Berprestasi
Mari kita tuliskan karakteristik pribadi yang memiliki kekuatan internal yang berkualitas, yang telah disebutkan di atas: Memiliki semangat hidup yang tinggi; Optimis, selalu mau belajar; Selalu berusaha untuk mencapai prestasi yang optimal; Selallu berusaha untuk sukses; Memiliki kesadaran dalam bertindak dan rasa bertanggungjawab; Realistis; Percaya diri serta mampu memperhitungkan risiko dari tindakannya.

Ahli Psikologi menuliskan karakteristik-karakteristik di atas merupakan ciri-ciri dari orang yang memiliki motivasi berprestasi. Predikat pribadi yang memiliki motivasi berprestasi adalah sangat penting, mengapa pribadi yang memiliki motivasi berprestasi itu penting ?. Berbagai penelitian dalam bidang Psikologi tentang motivasi, menemukan bahwa ada motivasi yang dinyakini dapat mempengaruhi prestasi dan kesuksesan pada diri seseorang untuk mengisi kehidupannya. Motivasi ini adalah motivasi berprestasi. Data penelitian empiris menunjukkan bahwa orang-orang yang sukses dalam pekerjaan, sukses menjadi seorang manajer, sukses berwiraswasta, sukses dalam sekolahnya ternyata adalah orang-orang yang memiliki motivasi berprestasi (N-acheivement). Peneliti Psikologi yang telah melakukan penelitian pada mahasiswa, membandingkan kelompok mahasiswa yang lebih dahulu dilatih untuk menjadi mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi, ternyata menunjukkan ada perbedaan dalam prestasi belajaraya. Mahasiswa yang dilatih untuk memiliki motivasi berprestasi menunjukkan lebih cepat menyelesaikan kuliahnya dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak mendapatkan pelatihan. Penelitian ini memberikan pemahaman pada kita bahwa pelatihan motivasi berprestasi berdampak positif dan efektif bagi prestasi belajar mahasiswa.

Mengapa menciptakan pribadi yang memiliki motivasi berprestasi penting dilakukan ??, Dalam Psikologi yang mempelajari tentang perilaku, dinyakini bahwa ada kekuatan yang dapat mendorong orang untuk berperilaku, kekuatan ini dikenal dengan motivasi. Motivasi penting karena motivasi akan mempengaruhi perilaku seseorang, terutama dalam mencapai tujuan, sehingga konsep motif mempengaruhi perilaku, perilaku berpengaruh dan dilakukan untuk mencapai tujuan. Konsep motif ini menjadi hal yang penting, terutama sebagai salah satu bentuk usaha-usaha untuk menyadarkan manusia agar dapat melakukan tingkah laku yang bertanggungjawab.

Motivasi berprestasi adalah motivasi yang mengarahkan tingkah laku seseorang dengan titik berat pada pencapaian atau tercapainya suatu prestasi tertentu, oleh karena itu orang yang memiliki motivasi beprestasi ini akan dapat mengelola dirinya sendiri dengan perilaku yang bertanggungjawab serta relevan dengan tujuan yang ingin dicapai. Sesuatu yang ada dalam pikiran pada orang-orang yang mempuyai motivasi berprestasi ini adalah bagaimana usaha-usaha untuk berjuang agar dapat mencapai prestasi yang diharapkan, bagaimana dapat memperoleh keadaan yang lebih baik, berusaha keras mencapai prestasi yang diharapkan.

Berbeda dengan pribadi yang tidak memiliki motivasi berprestasi, pada remaja ini biasanya nampak pada siswa yang kurang dapat menunjukkan potensi dan kemampuannya, prestasi belajarnya kurang, bahkan dalam kenyataannya ciri-ciri pribadi yang tidak memiliki motivasi berprestasi adalah adanya kecenderungan untuk terjerumus ke dalam penyalahgunaan obat-obatan atau narkoba. Karakteristik pribadi yang tidak memiliki motivasi berprestasi ini adalah: Mudah merasa kecewa dan putus asa; Kurang berani menghadapi realitas; Ingin segera meodapatkan yang diinginkan; Mudah merasa bosan dan jenuh; Mempuyai kepribadian antisosial, suka memberontak, permusuhan yang tersembunyi, kurang percaya diri, mudah terpengaruh; Impulsif, kurang memperhitungkan risiko dari tindakan-tindakannya, bahkan mudah terjerumus kedalam situasi-situasi yang bersifat negative; dan Kecernasan tinggi.

Uraian di atas menunjukkan bahwa pribadi yang memiliki motivasi berprestasi adalah syarat yang penting bagi suksesnya para remaja dalam menghadapi masa transisinya menuju masa dewasa. Selain itu remaja yang memiliki motivasi berprestasi ternyata juga mampu mengembangkan kemampuan dirinya. Bagi remaja yang sekarang ini sedang mempersiapkan diri menuju kedewasaan dan sedang dalam proses belajar untuk mencapai cita-cita, melatih dan menciptakan pribadi yang memiliki motivasi berprestasi tentunya dapat memperbarui diri dalam hal pengembangan diri, dapat bersikap dan berperilaku yang bertanggungjawab, matang serta dapat menjalankan tugas sehari-hari sebagai siswa di sekolah dengan baik, harapannya tentu dapat mencapai prestasi yang dibanggakan.

*)Penulis adalah Psikolog
di Kota Salatiga.

Teknologi Informasi Sebagai Basis Pengelolaan Sekolah Masa Depan

Tuntutan dunia kerja yang hanya menempatkan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi, membuat iklim persaingan dunia pendidikan yang semakin tajam. Di lain sisi jumlah sekolah yang semakin banyak dengan berbagai fasilitas dan sistem pendidikan yang sangat variatif, menjadikan sekolah yang konservatif dituntut untuk segera berbenah mengikuti perkembangan jaman seiring kemajuan teknologi. Meski saat ini (khususnya sekolah-sekolah negeri) bantuan dana pendidikan dari Pemerintah telah banyak dikucurkan, namun untuk dapat menjadikan sekolah sebagai tempat ideal untuk proses pembelajaran siswa, pihak sekolah harus berupaya secara mandiri, melakukan inovasi dan menyesuaikan dengan kebutuhan Jaman dengan terus menerpa kemampuan siswa serta sekolah untuk bergerak lebih maju. Dengan demikian, sudah seharusnya kita menyadari bahwa pemanfaatan teknologi secara optimal adalah sesuatu keharusan. Hal yang paling mudah kita lihat adalah pemanfaatan teknologi komputer.

Penerapan teknologi ini sudah bukan lagi menjadi “barang mewah” untuk sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya, namun kita tidak dapat memungkiri bahwa dalam realitanya kita masih menyaksikan sekolah-sekolah minim fasilitas terutama di daerah-daerah, hal ini karena kondisi dan latar belakang kemampuan masing-masing sekolah yang berbeda-beda tertuma dari segi pengadaan biaya, Oleh sebab itu setiap sekolah harus memiliki Turning Point yaitu bagaimana menciptakan rekayasa teknologi yang tepat guna dan tidak mahal.

Dunia pendidikan termasuk yang paling diuntungkan dari kemajuan Teknologi Informasi (TI) karena memperoleh manfaat yang luar biasa. Mulai dari eksplorasi materi-materi pembelajaran berkualitas seperti literatur, jurnal, dan buku, membangun forum-forum diskusi ilmiah, sampai konsultasi/diskusi dengan para pakar di dunia, semua itu dapat dengan mudah dilakukan dan tanpa mengalami sekat-sekat karena setiap individu dapat melakukannya sendiri. Dampak yang sedemikian luas tersebut telah memberikan warna atau wajah baru dalam sistem pendidikan secara global, yang dikenal dengan berbagai istilah e-learning, distance learning, online learning, web based learning, computer-based learning, dan virtual class room, dimana semua terminologi tersebut mengacu pada pengertian yang sama yakni pendidikan berbasis teknologi informasi.

Pendidikan berbasis TI merupakan suatu sistem pendidikan dimana proses belajar-mengajar berlangsung dengan memanfaatkan teknologi informasi, hal-hal fisik (materi pembelajaran, buku) dalam sistem pembelajaran konvensional, berubah menjadi informasi digital pada sistem pembelajaran berbasis TI sehingga Pengajar dan anak didik harus sama-sama menguasai instrumen teknologi informasi yang digunakan di dalam pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar.

Implementasi Penerapan sekolah berbasis TI memiliki cakupan yang lebih luas dari hanya sekedar pendidikan berbasis TI, dimana institusi sekolah tidak hanya memiliki jurusan TI namun juga mampu menerapkan TI dalam globalisasi kepentingan sekolah secara umum untuk menunjang operasional kegiatan demi peningkatan fasilitas dan efisiensi, seperti mengelola data- data Pendidikan, administrasi dan keuangan sekolah dengan komputerisasi, penggunaan absensi sekolah secara komputerisasi (sidik jari), peminjaman buku di perpustakaan dengan menggunakan kode barcode, pemantauan proses belajar mengajar melalui cctv untuk monitoring, ujian dengan sistem on line, penatausahaan dengan komputerisasi, pengolahan fasilitas Internet Broadband Access di sekitar lingkungan sekolah secara mandiri untuk kepentingan komunikasi, publikasi dan informasi intern sekolah, bahkan fasilitas ini akan sangat membantu para guru dan murid mengakses internet di lingkungan sekolah, kemudian juga memiliki website sekolah untuk kalangan sekolah-sekolah dengan tujuan agar antara orangtua, murid, maupun guru dapat saling bertukar pikiran dan mendapatkan informasi, membuka layanan SMS Centre, yang juga memiliki manfaat untuk menjembatani antara orangtua, murid, dan guru dalam bertukar informasi serta penerapan teknologi lainnya yang tentu saja sekarang ini sedang dirintis dan akan diterapkan untuk masa depan.

Seperti halnya dengan SMK Negeri II Salatiga, sekolah IT yang baru dirintis selama 3 Tahun ini juga memperdayakan ilmu dan pengetahuan di bidang ini secara maksimal dengan terus mengikuti perkembangan trend teknologi yang sedang berkembang, dan juga mengupayakan agar anak didik lebih kreatif dan inovatif, dengan dibimbing oleh beberapa guru yang professional di bidangnya, sekarang sekolah ini telah berkecampuk untuk terus melangkah maju, walaupun dengan fasilitas yang masih sangat terbatas namun sudah memadai, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

Dengan membuka Jurasan TKT (Tehnik Komputer Jaringan) anak didik berkesempatan untuk mempelajari Dasar-dasar praktek dan teori Program Windows, Editing, Internet, Intranet, Media CD-ROM, Power Point, Jarigan WEB dan Multi Media serta pelajaran pelajaran lainnya yang selalu dilakukan dengan praktek di Lab Komputer bahkan saat ini masih intensif merakit berbagai bentuk laptop secara manual, sementara penerapan TI di sekolah masih dalam tahap inovasi dan penerapan secara bertahap karena harus disesuaikan dengan kondisi, kemampuan dan kesiapan sekolah, sebab penanganan pengelolaan TI memerlukan perhatian dan pengawasan yang ekstra intensif dan berkesinambungan, namun demikian perpustakaan dan layanan intranet sudah mulai diterapkan.

Contoh penerapan sekolah yang telah berbasis optimalisasi penggunaan Teknologi Informasi tersebut akan menjadi nilai plus serta secara otomastis dapat meningkatkan daya saing sekolah dalam beberapa hal yaitu Meningkatkan Kinerja dan Mutu Guru dan Staf/Karyawan Sekolah, Meningkatkan Pelayanan Sekolah kepada Murid, Orang Tua dan Masyarakat, Komite dan Pemilik Sekolah (Stake Holder), serta Meningkatkan Kesejahteraan Sekolah itu sendiri, dan yang lebih terpenting adalah mencetak bibit SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas
Secara umum untuk meningkatkan pemahaman dan implementasi pendidikan Teknologi Informasi bagi Sekolah perlu adanya pelaksanaan pelatihan dasar yang meliputi Pengenalan Jaringan Komputer, Manajemen File, dan Paket Aplikasi Sekolah yang meliputi mengelola data siswa, guru, tenaga Tata Usaha, nilai siswa, raport, absent dan sebagainya.

Pada dasarnya pemanfaatan Teknologi Informasi di sekolah meliputi 3 hal :
1. Learning Tool Adalah suatu metode pembelajaran interakif dengan menggunakan teknologi komputer untuk membantu visualisasi pendidikan seperti untuk simulasi dan pelatihan Lab Akuntansi, Lab Fisika, Lab Matematika, Lab Bahasa, Penyediaan Bank Soal Online dan lain sebagainya.

2. Knowledge Management Tool Yaitu memindahkan data pengetahuan dari bentuk buku-buku kedalam bentuk data elektronik guna mempercepat proses pencarian data dan pembelajaran. Masuk dalam kelompok ini adalah e-book dan Internet.

3. Business Management Tool Merupakan sarana penunjang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Tujuannya adalah : Ruang penempatan data yang sangat kecil, Menyediakan data secara cepat, tepat dan akurat, Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat, Orang Tua murid dan Murid, Meningkatkan transparansi dan keterbukaan, Melahirkan dukungan Masyarakat, Orang Tua murid dan Murid, Meningkatkan daya saing dan daya jual Sekolah.

Agar sekolah dalam penerapan TI dapat berjalan secara optimum maka harus didukung oleh Manajemen Berbasis Sekolah yang andal, dengan mengingat pada 4 aspek yang harus disentuh secara tepat dan berimbang dalam membangun keberhasilan Sekolah TI , yakni: aspek Teknologi Informasi, Sumber Daya Manusia, Standard Operational Procedure (SOP), dan Managerial. Jelas, kalau kita ingin membuat program untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia kita harus memastikan bahwa strategi-strategi yang direncanakan berani dan mampu menghadapi segala macam tantangan, namun di dunia Pendidikan hal yang lebih di utamakan adalah kebutuhan dasar untuk belajar mengajar dalam situasi yang nyaman dan aman dengan dukungan fasilitas yang memadai dan memenuhi standar, serta melibatkan tenaga pengajar yang profesional, sehingga mampu mencetak generasi penerus yang handal dan siap menghadapi era kemajuan jaman yang serba berteknologi.(ind)

Jalan Searah Jangan Membawa Masalah

Akhirnya Pemerintah Kota Salatiga berhasil menerapkan jalur searah pada Jalan Jenderan Sudirman. Setelah sekian lama kisaran tahun 2002, niatan tersebut baru dapat dilaksanakan tahun 2010 ini. Keberhasilan pelaksanaan program tersebut ditandai dengan lounching yang dilaksanakan pada tanggal 15 Pebruari di depan Pasar Raya II Salatiga.
Walikota Salatiga John M Manoppo, SH. beserta, Ketua DPRD M Tedy Sulistio beserta anggota dewan lainnya serta Muspida secara langsung hadir dan mencoba pemberlakuan jalan searah tersebut.

Meski telah diresmikan penggunaan Jl. Jend Sudirman sebagai jalur satu arah, ujicoba penggunaan jalur satu arah tersebut berlangsung selama satu bulan terhitung sejak tanggal 15 Pebruari dengan maksud memberikan kesempatan bagi para pengguna jalan untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan jalur satu arah.

Selanjutnya Pemkot Salatiga telah menganggarkan sekitar Rp 1 Miliar guna pengembangan infrastruktur yang dibutuhkan untuk melengkapi penerapan jalur searah Jalan jenderal Sudirman. Infrastruktur tersebut diantaranya melakukan pengaspalan jalan atau hotmix jalan. Pengaspalan tujuannya adalah agar semua sisi sama tinginya, sebagaimana sekarang jalur tengah bekas pulau jalan belum rata sehingga dapat mengganggu kenyamanan pengendara sepeda motor.

Wakil Ketua DPRD M Fathurrahman SE MM memberikan komentar bahwa pembangunan infrastruktur tersebut akan diawasi langsung agar pemanfaatannya lebih efektif. “Anggaran itu termasuk kecil tetapi akan bermanfaat bila efektif dipakai” terang mas Maman.
Dengan dilakukannya kembali pengaspalan jalan secara merata pada lokasi tersebut, maka kondisi jalan akan lebih baik. Selanjutnya pembuatan jalur lambat dan parkir yang sekarang masih menggunakan pembatas sederhana berupa bambo bercatkan putih hitam dapat segera ditindak lanjuti.

Namun secara langsung Mas Maman begitu beliau akrab disapa menegaskan sangat setuju program pemberlakuan jalan satu arah Jenderal Sudirman. ”Namun ada beberapa hal yang harus segera dicarikan solusi, yaitu masalah Pedagang Kali Lima (PKL) dan Parkir. Pemkot harus mengadakan langkah persuasif melalui komunikasi yang intensif dan memberikan program yang baik” pinta Mas Maman.

Menurut Mas Maman, selama ini PKL yang direlokasi terkatung-katung masalah statusnya. ”PKL yang sudah direlokasi bertanya kenapa setelah mereka mau dipindahkan kok ada lagi yang menempati lahan bekas mereka. Dengan begitu pedagang eksis atau yang memiliki los pun akhirnya mem-PKLkan diri karena lokasi mereka yang strategis berubah tidak strategis” tambah Maman.”Mereka yang direlokasi juga harus dipikirkan sarana dan prasarananya. Selain itu juga faktor pendukung keramaian ini sangat mendukung dari segi pendapatan mereka” tukas Mas Maman. Mengenai parkir pemkot juga diharapkan untuk memberi kesempatan kepada tukang parkir pada lahan-lahan kosong. Dicontohkan Mas Maman lahan kosong Pasar Raya II, pihak pemkot seyogyanya berkomunikasi dengan PT MMS.

Permasalahan lain adalah jalan-jalan pendukung yang kurang memadai dan sering mengakibatkan kemacetan. Mas Maman meminta Pemkot memberikan solusi yang tepat akan hal ini mengingat ini adalah menyangkut kelancaran transportasi.(lux)

Satpol PP Ujung Tombak Mengawal Peraturan Daerah

Penyelenggaaran pemerintahan daerah tentunya membutuhkan koordinasi dan sinergi antar perangkat daerah. Salah satunya dalah keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja. Dalam UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dinyatakan tentang perlunya keberadaan dan keterlibatan Satpol PP oleh Pemerintah Daerah.
Peran aktif Satpol PP sangat dibutuhkan dalam konteks penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang lebih luas, dinamis dan kompleks dengan segala permasalahan yang terkait dengan ketenteraman dan ketertiban umum.

Wujud Pengabdian
Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, situasi dan kondisi yang kondusif merupakan harga mati dan tidak bisa ditawar lagi. Dalam hal ini, eksistensi Satpol PP menjadi penting sebagai perwujudan kinerja dan pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Peran penting dan stragetis bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah ini pada gilirannya menjadi pendukung bagi pemerintahan di tingkat nasional.
Satpol PP yang selama ini memiliki tugas pokok dan fungsi penegakan berbagai kebijakan daerah serta menjaga ketertiban dan ketenteraman umum, merupakan salah satu mata rantai dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada skala local dan regional, memiliki kontribusi yang sama besar dengan perangkat daerah lainnya.
Mencermati proses kelahiran dan sejarah panjang keberadaan lembaga yang awalnya bernama Pagar Baya ini, Satpol PP memiliki kekhasan sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dari masa ke masa.

Oleh karena itu, Satpol PP bukan sejenis polisi khusus. Satpol PP merpakan salah satu Perangkat Daerah yang bertindak mengawal kebijakan daerah serta menjaga ketenteraman dan ketertiban umum. Hal ini lah yang semestinya diketahui dan dipahami bersama.
Secara umum saat ini kondisi kamtibmas di Kota salatiga bias dikatakan baik dan kondusif. Namun, masyarakat yang heterogen di kota ini memiliki potensi kerawanan terhadap kondisi kamtibmas.

Di sinilah peran Satpol dan instansi terkait lainnya dalam melakukan deteksi dini dan antisipasi terhadap kemungkinan gangguan kamtibmas.
Kinerja ini perlu dipertahankan dan bahkan ditingkatkan. Harus disadari oleh jajaran Satpol PP bahwa walaupun kecil, Salatiga adalah kota yang dinamis.

Kondisi saat ini
Tak dipungkiri bahwa saat ini masih terdapat pandangan yang menyudutkan posisi Satpol sebagai penegak kebijakan daerah. Hal ini tidak terlepas dari tugas-tugas Satpol yang sering harus berhadapan langsung dengan masyarakat. Di sinilah dibutuhkan kearifan dan strategi jitu untuk “menjinakkan” masyarakat.

Pendekatan dialogis dan manusiawi nampaknya akan lebih baik daripada pendekatan represif yang cenderung memicu konfrontasi langsung dan perlawanan dari masyarakat. Di sinlah dituntut kepiawaian untuk membangun citra positif (image building) Satpol di mata masyarakat. Memang untuk melaksanakan hal tersebut masih terdapat kendala.

Salah satunya adalah faktor SDM. Kondisi SDM saat ini nampaknya masih kurang memadai untuk membangun jajaran Satpol PP yang professional. Idealnya anggota Satpol PP berpendidikan minimal SLTA, sehingga diharapkan dapat membaca dan mengambil keputusan yang tepat dalam melaksanakan tugas-tugasnya mengamankan berbagai kebijakan daerah. Untuk itu diperlukan berbagai upaya bagi peningkatan keterampilan dan profesionalisme semua anggota.

Dalam hal perhatian dari pemerintah pusat, berbagai upaya senantiasa dilakukan pemerintah untuk memberikan landasan untuk peningkatan kinerja Satpol PP.
Salah satunya adalah pembentukan jabatan fungsional Satpol PP yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan kesejahteraan serta pengembangan karier dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara professional.

Langkah Strategis
Mengantisipasi perkembangan yang terjadi di masyarakat saat ini, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Satpol PP.
Pertama, meningkatkan kewaspadaan terhadap lonjakan pertambahan penduduk. Hal ini berakibat pada intensitas yang tinggi terhadap pergerakan orang dan berpotensi terhadap gangguan ketenteraman dan ketertiban umum di daerah.
Kedua, menumbuhkembangkan kepekaan terhadap perubahan dan dinamika masyarakat yang begitu cepat dengan melakukan deteksi dini untuk mencegah terjadinya gangguan ketenteraman dan ketertiban masyarakat.

Ketiga, operasi simpatik perlu ditingkatkan untuk membangun situasi ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang kondusif. Terkait dengan hal tersebut, harus dihindarkan operasi yang dapat memancing reaksi kontra produktif masyarakat.
Keempat, koordinasi yang baik dan sinergis dengan aparatur terkait, utamanya dengan jajaran Polri, perlu lebih diintensifkan agar tercapai situasi kamtibmas yang kondusif.
Kelima, tingkatkan jiwa korsa dan pengabdian kepada masyarakat serta menjaga citra baik Satpol PP.(Bus-Ceb)

Perempuan Sebagai Agen Informasi Yang Efektif

Oleh Dra. Putnawati, M.Si.*)

Kalimat indah di atas diungkapkan oleh Kahlil Gibran, seorang sastrawan besar dan penulis legendaris kelahiran Lebanon yang meraih kepopulerannya di Amerika Serikat.
Kalimat tersebut mungkin ungkapan jujurnya akan betapa penting peran perempuan dalam kehidupan pribadinya, sehingga wajar saja bila ia selalu memasukkan tema-tema perempuan dalam karya-karyanya.

Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, juga memberi perhargaan besar terhadap perempuan yang menjadi pengasuhnya di waktu kecil hingga remaja, yakni Sarinah. Penghargaan yang diberikan tidak tangung-tanggung, Soekarno, ketika masih berkuasa saat itu, mengabadikan nama pengasuhnya itu dengan membangun sebuah monumen besar, yaitu Hotel dan Pasar Raya di Jakarta dengan nama Sarinah.

Begitu juga Taj Mahal, “monumen cinta” itu didirikan Syah Jehan, Raja Mogul ke-5 untuk mengenang istrinya yang terkasih Arjuman Banu Bagum atau Mumtaz Mahal.
Begitu besar penghargaan dan perhatian mereka terhadap perempuan. Namun sayang perilaku para pembesar tersebut, tidak atau kurang diteladani oleh masyarakatnya, sehingga wajar saja bila realitas kehidupan perempuan sampai hari ini, sebagian dari mereka masih berada di sudut-sudut dan pinggir-pinggir sosial.

Dalam realitas ini, perempuan masih dipandang sebagai makhluk Tuhan kelas dua. Hak-hak mereka dibatasi pada wilayah-wilayah kehidupan yang ekslusif dan marginal. Oleh karena itu kalimat bijak berikut pantas kita renungkan : ``Hanya laki-laki mulia yang memuliakan perempuan, dan hanya laki-laki hina yang menghinakan perempuan``. Dengan kata lain kita tidak termasuk laki-laki yang mulia jika kita tidak memuliakan perempuan.

Thema Abadi
Beberapa kutipan di atas hanyalah sebagian kecil dari contoh sejarah perempuan. Dan sebenarnya membahas perempuan dengan berbagai dinamika sejarahnya, tidak akan pernah usai. Sebab, ia tak ubahnya seperti sebuah buku atau literatur besar yang setiap lembarnya sarat makna sehingga sangat layak dibaca untuk kemudian kita serap hikmah-hikmahnya.
Membahas perempuan berarti pula membahas sebuah tema abadi, sebab perempuan merupakan bagian penting dari keabadian itu sendiri. Ia adalah bagian penting dari eksisitensi Tuhan, Manusia, dan alam. Tanpa kehadiran perempuan, eksistensi tri logi Tuhan, Manusia, dan Alam menjadi tidak bermakna.

Dalam konteks sejarah modern, di Barat dan Eropa misalnya, ketika membahas kekuasaan dan politik perempuan, maka kita pantas memberikan apresiasi kepada beberapa tokoh seperti; Ratu Elizabeth (Inggris), Ratu Yuliana (Belanda), Maria Isabella Peron (Argentina), Margaret Theacher (Inggris).
Di wilayah Asia, kita bisa menyebutkan, misalnya ; Sonia Gandi (India), Khalida Zia (Pakistan), Corazon Aquino (Philipina).

Dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia, kita memiliki banyak sekali pejuang-pejuang perempuan yang darma baktinya untuk negeri diabadikan dalam sejarah, misalnya ; Cut Nya Dien, Cut Mutia, Dewi Sartika, R.A. Kartini, dan lain-lain.
Bahkan kita juga pernah memiliki presiden perempuan, yakni Megawati Soekarno Putri. Dalam konteks keagamaan, kita mengenal Ratu Bilqis, penguasa negeri Saba`, Ibunda Isa al Masih, Maria. Khotijah dan Aisyah yang mendampingi perjuangan Muhammad s.a.w. serta Bunda Theresia dengan tarikat cinta kasihnya yang bermarkas di India.

Dalam dunia sastra tema-tema perempuan juga mendapat tempat yang terhormat dan sangat laris dan mendatangkan untung besar, misalnya; Laila Majnun, Cleopatra, Romeo & Yuliet, Siti Nurbaya, Perempuan Berkalung Surban, dll. Dengan melihat realitas di atas dalam hubungannya dengan upaya peningkatan peran perempuan, maka adalah tidak adil ketika masyarakat secara sosial membatasi hak-haknya, menempatkan perempuan hanya pada wilayah-wilayah kehidupan yang ekslusif dan marginal.

Dengan demikian upaya mengubah kultur masyarakat dari patriarkhi ke kesetaraan gender perlu dipahami sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses peningkatan kualitas peradaban manusia.

Perempuan Agen Informasi
Ketika kita mau menyimak dengan seksama terhadap berbagai media, baik cetak maupun elektronik, hampir semua melibatkan perempuan dengan porsi yang cukup signifikan. Dalam media televisi kita, banyak sekali perempuan yang bertindak sebagai presenter, pewawancara khusus, kontributor berita, moderator dialog politik, penyaji berita, dimana mereka dengan fasih berhasil membawakan berbagai acara tersebut. Bahkan dalam segmen acara tertentu ada yang didominasi perempuan, sebagai contoh dalam dunia periklanan (advertising). Dalam iklan tersebut hampir semua produk mulai produk kebutuhan rumah tangga, fashion, mobil, motor, elektronik, supplement kesehatan dan minuman, kebutuhan khusus perempuan dan laki-laki, sampai pesan-pesan sosial kemasyarakatan, hampir semuanya diperankan atau melibatkan perempuan.

Bila iklan diartikan sebagai ``bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk tertentu, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian”. Dalam konteks demikian perempuan-perempuan dalam iklan tersebut sudah bertindak sebagai agen informasi.

Fenomena lain bisa kita lihat dalam film-film, baik lokal maupun internasional dimana banyak sekali perempuan berperan sebagai agen rahasia jaringan tertentu yang bertugas memata-matai dan menggali informasi seluas-luasnya terhadap sebuah persoalan atau tokoh. Dalam film-film perjuangan kita juga diperlihatkan perempuan-perempuan dilibatkan dalam operasi agen rahasia yang bertugas sebagai kurir dalam lalulintas pengiriman pesan dan persenjataan kepada para pejuang yang biasanya berpura-pura sebagai pembantu di rumah penjajah, gundik para serdadu serta pedagang pasar. Dan perempuan-perempuan itu berhasil luar biasa.

Dalam kontek organisasi sosial kemasyarakatan kita juga muncul berbagai organisasi sosial kemasyarakatan berbasis perempuan yang jaringannya berakar kuat mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah-daerah. Kita sebut saja misalnya; KPI (Koalisi Perempuan Indonesia), GOW (Gabungan Organisasi Wanita), Kelompok Wanita Tani, dan lain-lain. Dalam organisasi sosial keagamaan bisa kita sebutkan misalnya; Muslimat, Fatayat, (berafiliasi pada Nahdlatul Ulama`); Aisiyah, Nasiatul Aisyiyah, (berafiliasi pada Muhammadiya), Persatuan Wanita Gereja, Persatuan Wanita Katolik, dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan disini. Bahkan di tingkat lingkungan paling kecilpun muncul kelompok PKK dan Dasa Wisma yang merupakan kumpulan beberapa warga dalam lingkungan RT tertentu, dengan beberapa agenda kegiatan.

Harus diakui jaringan-jaringan organisasi perempuan tersebut adalah sangat efektif dan efesien dalam upaya menyampaikan informasi dan pesan tertentu, baik yang besifat sosial kemasyarakatan, keagamaan maupun pesan-pesan politik dari para penguasa. Bahkan berbagai organisasi perempuan tersebut pada tingkat apresiasinya tidak malu-malu lagi memasuki ranah-ranah bisnis, sehingga menjadi magnet tersendiri bagi perempuan untuk bergabung.
Dengan melihat beberapa realitas di atas, maka perempuan tak perlu diragukan lagi dalam relasinya dengan informasi sebab pada kenyataannya ia menempati posisi strategis. Dengan kata lain, bila kita memiliki sebuah pesan atau keinginan, agar pesan cepat berkembang dan sampai pada masyarakat sasaran, serahkan saja pada perempuan, sebab ia punya cara sendiri untuk menyampaikan. Paling tidak lewat ngrumpi (bahasa Jawa), kajian-kajian keagamaan atau forum-forum arisan.

Efektifitas perempuan dalam relasinya dengan informasi memang tak perlu diragukan. Namun demikian nilai positif itu sering menjadi kurang bermakna ketika kita menonton sinetron di televisi yang menyajikan tayangan seputar ``perempuan-perempuan yang diculaskan``. Dalam berbagai tayangan itu, perempuan digambarkan sebagai sosok yang : galak, sadis, pendendam, penuh muslihat, penggoda, inisiatip perselingkuhan, serta menghalalkan segala cara dalam menjalani hidup.

Tayangan dalam berbagai sinetron itu hanyalah rekaan atau rekayasa. Namun demikian dalam titik tertentu bukan tidak mungkin akan merugikan banyak perempuan. Perlu diingat bahwa ``apa yang kita ucapkan, apa yang kita lakukan, adalah bagian dari komunikasi, karena komunikasi menyangkut dua hal : Verbal (terucap) dan Non Verbal (tak terucap). Dua cara komunikasi itulah yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai sosok perempuan.
Adalah bijaksana apabila perempuan mengkritisi berbagai sinetron tersebut dengan berbagai tindakan nyata yang sekiranya mampu mengangkat citra diri perempuan, manusiawi dan bermartabat. Dan apabila ternyata sinetron-sinetron itu distruktif terhadap tata krama dan akal budi, maka tak ada salahnya bila kaum perempuan menghindarkan diri dan berkampanye pada masyarakat agar tidak menonton berbagai tayangan tersebut. Mungkin itu salah satu diantaranya yang harus dilakukan perempuan sebagai agen informasi demi masa depan bangsa yang lebih baik.

*)Penulis adalah Sekretaris Cabang
Koalisi Perempuan Indonesia
(KPI) Cabang Salatiga

Mengelola Media Menangani Manajemen Krisis

Drs. VT. Haribowo*)

Masih ada sebagian stakeholder, baik dari kalangan birokrat maupun swasta yang dihinggapi sindrom alergi dalam menghadapi media, apalagi jika kondisi organisasi sedang ditimpa krisis.
Oleh karena itu, sangat wajar jika berbagai pihak sedang gencar-gencarnya menumbuhkan kesadaran mulai dari pimpinan, bahwa mereka memerlukan kesiapan tersendiri untuk menghadapi krisis. Khususnya, yang berkaitan dengan hubungan media massa. Kesadaran seperti ini juga dapat diartikan sebagai peluang yang baik untuk mengoptimalkan petugas humas (Bakohumas) di organisasi masing-masing.

Manajemen krisis bisa diartikan sebagai proses suatu organisasi dalam menghadapi kejadian tak terduga yang mengancam kelangsungan hidup organisasi, stakeholdernya, bahkan masyarakat luas. Bagaimana saat pertama timbulnya krisis hingga ke titik proses penanggulangan dimulai, perlu membutuhkan skill dan teknik khusus untuk mengindentifikasi, menilai, dan memahami secara komprehensif.

Dewasa ini marak diberitakan berbagai kasuistis krisis yang menimpa sebagian kelangan lembaga publik di Salatiga baik oleh media lokal, regional, maupun nasional di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pembangunan fisik, dan kamtibmas. Berbagai jenis krisis yang bisa terjadi di suatu organisasi bisa disebabkan oleh banyak hal, antara lain: 1) anggapan adanya musuh sehingga timbul kemarahan dan kebencian yang berdampak konfrontasi berkepanjangan; 2) kerusakan sistem teknologi; 3) humas error atau kesalahan manusia; 4) kelalaian manajemen yang mengakibatkan perilaku buruk organisasi; 5) kerusuhan; 6) bencana alam; 7) rumor; dan 8) penyimpangan, kecurangan, dan penipuan.

Keseriusan dalam menangani salah satu jenis atai berbagai krisis perlu dikedepankan, karena di era keterbukaan informasi publik seperti sekarang, media akan menuntut haknya berupa informasi dan data kepada lembaga publik. Sementara ini berlaku nilai pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian (Axioma Quote): Sebuah krisis dalam lembaga publik adalah berita buruk, sedangkan berita buruk adalah berita baik bagi media. Bad news is good news, because bad news is sale. Sebuah berita dari bagian krisis yang sedang terjadi, walau baru bersifat isu atau bahkan fitnah sekalipun tapi kalau dikelola secara terus menerus oleh pemberitaan media, maka akan menjadi fakta.

Jika informasi yang diteruskan kepada media benar, maka media juga akan menyampaikan pemahaman yang benar pula kepada public sebagai manifestasi keterbukaan dan akuntabilitas. Oleh karena itu, perlu kanalisasi dan pembatasan isu, sehingga hal ini bisa memberikan analisa akurat atas opini dan persepsi public serta proses komunikasi yang terjadi dapat secara berkelanjutan. Tetapi jika informasi yang diteruskan kepada media kurang benar, maka akan timbul mispersepsi atau bias media yang mana akan timbul informasi yang berputar-putar. Persoalan dimaksud akan berdampak antara lain krisis yang dapat membesar dan berlangsung lama, memancing pihak-pihak luar untuk ikut campur tangan, media yang akan menghakimi (trial by press), legitimasi kepemimpinan terancam, biaya yang timbul akan tinggi serta akan timbul dampak ikutan yakni timbulnya krisis yang lain.

Oleh sebab itu, petugas public relation (bakohumas) sangat dibutuhkan peranya dalam manajemen krisis, minimal dapat menjalankan fungsi sebagai spoke person (juru bicara), komunikator, atau lobbyer yang mewakili organisasi. Walau dalam mengatasi krisis, idealnya perlu memberikan peran kepada public relation secara lebih luas untuk: 1) melakukan analisa meliputi analisa media, analisa persepsi dan opini public serta riset studi kasus dan usulan solusi; 2) membantu penyiapan penyampaian informasi kepada public baik konten, teknik penyampaian maupun chanelnya; 3) menjadi bumper atau pengalih atas serangan yang dilakukan; dan 4) jika dibutuhkan perlu disiapkan tim penanganan krisis.

Penanganan manajemen krisis yang benar akan berpengaruh terhadap wibawa lembaga walau sedang dilanda krisis, dengan manajemen yang baik maka tampilan ke luar adalah pesan dan informasi yang baik, nampaknya perlu kebijakan dalam memanage media dengan upaya meliputi: 1) relasi yang efektif dengan media, pemilihan media yang tepat, terutama coverage media, fasilitasi kebutuhan dalam batas asas kepantasan dan kewajaran sesuai ketentuan; 2) good will dari pemimpin dalam decision serta penunjukkan komunikator yang tepat sehingga konten dari pesan bisa tersampaikan; dan 3) timing dan action yang tepat. Walau kita melakukan tindakan benar tapi dalam waktu yang salah, maka akan terjadi penolakan (resistance). Sebaliknya, jika kita melakukan tindakan salah dalam waktu yang benar, maka akan diperoleh kesalahan pula. Terpenting, jangan lakukan tindakan yang salah dalam waktu yang salah, karena bencana (disaster) akan menghadang. Jika kita ingin memperoleh kesuksesan, maka lakukan tindakan yang benar dalam waktu yang benar pula.

Penulis adalah
Kabag Humas Setda Kota Salatiga
 
template : HB  |    by : boedy's